Add caption |
Pendidikan merupakan suatu proses dimana peserta didik akan memiliki pengetahuan (kognitif), sikap (apektif) dan ketrampilan (psikomotorik) guna bekal hidup layak di tengah-tengah masyarakat. Proses ini mencakup peningkatan intelektual, personal dan kemampuan social yang diperlukan bagi peserta didik sehingga tidak saja berguna bagi diri pribadi dan keluarga tetapi juga keberadaannya bermanfaat bagi masyarakat. Maka strategi yang dikembangkan dalam kurikulum pendidikan nasional kita selalu berdasarkan pada ketiga ranah di atas baik dalam proses pembelajaran maupun avaluasinya.
Sejalan dengan pengertian di atas, menurut UNESCO, tujuan belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus dilandaskan pada 4 pilar yaitu learning how to know, learning how to do, learning how to be, dan learning how to live together. Dua landasan yang pertama mengandung maksud bahwa proses belajar yang dilakukan peserta didik mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir segala pengatahuan dan ketrampilan yang dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memiliki Hard Skill).
Dengan kata lain peserta didik memiliki kompetensi yang memungkinkan mereka dapat bersaing untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan 2 landasan yang terakhir mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir berbagai kemampuan yang ada pada masing-masing individu dalam suatu keteraturan sistemik menuju suatu tujuan bersama. Maksudnya bahwa untuk bisa menjadi seseorang yang diinginkan dan bisa hidup berdampingan bersama orang lain baik di tempat kerja maupun di masyarakat maka harus mengembangkan sikap toleran, simpati, empati, emosi, etika dan unsur psikologis lainnya. Inilah yang disebut dengan Soft Skill.
Relevansi Soft Skill
Dalam
era industri modern saat ini, komponen pokok dalam kegiatan produksi
adalah mesin-mesin penggerak yang berfungsi meningkatkan dan mengganti
kekuatan otot manusia. Bahkan di beberapa Negara maju mesin-mesin
penggerak mulai digantikan robot. Maka tatkala semua komponen fisik dan
otak manusia telah sebagian diganti atau paling tidak dikuatkan manusia,
lalu apa yang harus diperbuat manusia? Yang jelas ada satu komponen
yang tidak tergantikan oleh perkembangan teknologi pada diri manusia
yaitu yang namanya emosi, semangat, empati, ambisi dan
lain-lainya yang tidak mungkin tergantikan oleh alat-alat ukur apapun.
Dalam kondisi demikian, kemampuan mengelola hubungan antar manusia
menjadi semakin meningkat relevansinya. Mengapa?
Kinerja
system beserta komponen system yang mendukung kehidupan manusia tidak
semata-mata didasari oleh keberadaan peralatan yang ada, tetapi karena
adanya dorongan dari manusia untuk mengaktualisaikan kemampuannya.
Dorongan dari dalam diri manusia itulah yang dimaksud dengan kemampuan
soft skill. Jadi soft skill tidak semata-mata kemampuan manajerial saja
yang orientasinya pada umumnya hanya pada upaya efisiensi dan
efektifitas, tetapi juga bagaimana mampu mengelola manusia agar semua
manusia yang berposisi sebagai pendukung system mempunyai kepuasan
psikologis. Itu tadi yang disebabkan karena manusia masih mempunyai
emosi, ambisi, ambisi, etika, semamgat yang tidak tergantikan oleh
robot-robot yang basisnya adalah “mekanistis terukur”.
Mengembangkan Soft Skill
Guru
sebagai salah satu komponen dalam system pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan siswa, memiliki peranan penting dalam menentukan
arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Kemampuan yang
dikembangkan tidak hanya ranah kognitif dan psikomotorik semata yang
ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan ketrampilan , melainkan
juga ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini siswa harus
menumbuhkan rasa percaya diri sehingga menjadi manusia yang mampu
mengenal dirinya sendiri yakni manusia yang berkepribadian yang mantap
dan mandiri. Manusia utuh yang memiliki kemantapan
emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang mengendalikan
dirinya dengan konsisten dan memiliki rasa empati (tepo seliro). Menurut
Howard Gardner dalam bukunya yang bejudul Multiple Inteligences (1993), bahwa ada 2 kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan kepribadian yaitu :
- Kecerdasan Interpersonal (interpersonal Intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan kemampuan untuk menjali relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain.
- Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani.
Mengingat
pentingya soft skill dalam upaya membentuk karakter siswa, maka
strategi pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah dengan
mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa,
guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah. Disamping
itu perlu juga kreativitas guru untuk mampu memancing siswa untuk
terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial dan emosional. Dengan
demikian bila hal itu sudah terbiasa dilakukan oleh siswa maka akan
terbawa nantinya bila mereka terjun di dunia kerja dan di masyarakat.
0 Response to "Pengembangan Soft Skill Siswa Dalam Proses Pembelajaran"
Post a Comment