Menjadi Guru Efektif, Mengapa Tidak?

guru efektif

“If you dare to teach, you must dare to learn”. –Harry K.Wong
Ungkapan “If you dare to teach, you must dare to learn” mengingatkan kita semua guru bahwa apabila kita mengajar, kita harus belajar. Lebih luas lagi ungkapan ini memberi isyarat pada kita bahwa guru haruslah selalu meningkatkan mengembangkan kompetensinya agar dapat menjadi seorang guru yang efektif. Istilah ‘guru efektif’ merupakan hal yang familiar dikalangan guru, namun yang ditemui di lapangan ternyata banyak guru yang tidak paham tentang bagaimana menjadi seorang guru yang efektif. Oleh karena itu marilah kita selalu belajar dan belajar karena apabila kita berani mengajar, kita harus berani belajar - If you dare to teach, you must dare to learn.

Guru yang efektif memulai hari-hari pertama sekolah dengan efektif

Kiat ini nampak sangat sederhana namun sebenarnya dampak positifnya luar biasa. Apa yang kita lakukan pada hari-hari pertama sekolah akan mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan sisa waktu dalam satu semester atau satu tahun ajaran. Apa yang terjadi pada hari-hari pertama sekolah bisa menjadi indikator kesuksesan pembelajaran selanjutnya. Sayangnya tidak semua guru menyadari bahwa hari-hari pertama sekolah merupakan faktor penting sehingga masih banyak guru yang tidak merencanakan dengan baik pembelajaran minggu-minggu pertama. Bahkan sangat menyedihkan apabila masih terdapat guru yang mengosongkan pembelajaran pada minggu-minggu pertama karena menganggap tidak efektif.

Yang terpenting untuk diciptakan pada hari-hari pertama pembelajaran adalah konsistensi. Siswa biasanya menginginkan lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif. Guru efektif harus bisa menciptakan kelas yang aman, nyaman, menarik, dan menantang. Guru harus dapat memberikan suasana yang bisa memotivasi siswa. Pada hari-hari pertama sekolah memotivasi siswa akan sangat efektif. Setelah liburan siswa biasanya mempunyai ‘couriosity’ yang amat tinggi. Mereka ingin tahu bagaimana tentang guru baru, pembelajaran, dan suasana baru. Momen ini akan efektif apabila guru menggugah motivasi siswa. Tumbuhkan motivasi instrinsik siswa agar mereka termotivasi, memahami pentingnya sekolah, tangguh, dan mempunyai daya juang untuk mencapai cita-cita. .

Untuk melaksanakan kegiatan pada hari-hari pertama sekolah dengan efektif maka guru harus menyusun perencanaan pembelajaran sebelum mulainya tahun ajaran atau semester baru. Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang meliputi rumusan tentang apa yang akan diajarkan pada siswa, bagaimana cara mengajarkannya, dan seberapa baik siswa dapat menyerap semua bahan ajar ketika siswa telah menyelesaikan proses pembelajarannya. Perencanaan tersebut sangat penting bagi guru karena kalau tidak ada perencanan yang baik, tidak hanya siswa yang tidak terarah dalam proses belajarnya tapi guru juga tidak akan terkontrol, dan bisa salah arah dalam proses belajar yang dikembangkannya pada siswa. .

Guru efektif memiliki harapan yang positif pada siswa

Apabila guru memiliki harapan yang positif berarti bahwa guru percaya siswa bisa. Harapan yang positif akan menghasilkan kesuksesan atau prestasi karena guru memberikan kepercayaan pada siswa bahwa setiap siswa dapat belajar dan mencapai potensi yang penuh. Guru yang mempunyai harapan positif pada siswa biasanya juga mempunyai harapan positif bagi dirinya sehingga dia termotivasi dan rajin melakukan kegiatan pengembangan profesional. .

Harapan positif guru terhadap siswa dapat disampaikan mulai pada hari-hari pertama sekolah. Menurut K.Wong (2000), the most important day of a person’s education is the First Day of School, not Graduation Day. Hari yang paling penting dalam pendidikan seseorang adalah hari pertama sekolah, bukan hari kelulusan. Guru perlu meyakinkan siswa bahwa mereka semua bisa sukses. Guru harus memberikan keteladanan pada siswa mulai hari pertama sekolah. Ketepatan waktu, konsistensi, kesiapan, dan komitmen guru yang ditangkap oleh siswa akan memberikan kepercayaan dan hormat pada guru, dan sebagai akibatnya siswa akan terbangun motivasinya. .

Guru efektif memanggil siswa dengan menyebut namanya

Pepatah mengatakan “Apabila engkau memanggil seseorang dengan namanya, engkau memperlakukan orang tersebut dengan martabat dan hormat.” Nama sangatlah penting karena mengidentifikasi seseorang. Dalam hal pembelajaran seorang guru efektif menggunakan nama siswa dengan ramah, penuh hormat. Jangan pernah memanggil siswa dengan nada tinggi atau marah. Pengucapan nama yang benar harus dilakukan karena nama merupakan sesuatu yang bernilai. Penyebutan nama siswa akan memberikan rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa. Ketika guru menyebut nama siswa maka siswa akan merasa bahwa guru menaruh perhatian dan kepedulian. Mengenal nama siswa merupakan salah satu bukti guru mengenal karakteristik siswa. .

Guru efektif terampil berkomunikasi

Raka Joni (1993) menyatakan ketrampilan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran mencakup 4 kemampuan pokok yaitu :
  1. Kemampuan guru mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran
  2. Guru mampu mengenali kelebihan dan kekurangan diri siswa dalam kegiatan pembelajaran membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri dalam kegiatan pembelajaran, membantu memperjelas pikiran dan perasaan sehingga dapat dipahami orang lain dan dapat bertukar pikiran dalam kegiatan pembelajaran.
  3. Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran
  4. . Kemampuan ini terdiri dari menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa, menunjukkan sikap luwes dalam menyesuaikan diri, menerima siswa sebagaimana adanya, menunjukkan sikap sensitif, responsif dan simpatik terhadap perasaan kesukaran siswa dalam kegiatan pembelajaran, menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan sabar terhadap siswa; Komunikasi antara guru dan siswa sebaiknya dihiasi senyum, dan kata-kata santun misalnya silahkan, terimakasih.
  5. Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran.
  6. Kemampuan ini terdiri dari menunjukkan kegairahan dalam memberi materi atau mengajar, merangsang minat siswa untuk belajar, memberi kesan kepada siswa bahwa guru menguasai bahan materi yang diajarkan dan menguasai bagaimana mengajar (metode/strategi).
  7. Kemampuan guru untuk mengelola interaksi dalam kegiatan pembelajaran.
  8. Kemampuan ini terdiri dari mengembangkan hubungan yang sehat dan serasi dalam kegiatan pembelajaran, memberikan tuntutan agar interaksi antar siswa serta antar guru dengan siswa terpelihara dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dan menguasai perbuatan yang tidak diinginkan atau menyimpang dalam kegiatan pembelajaran.

Guru efektif mengelola kelas dengan baik

Pengelolaan kelas merujuk pada semua yang dilakukan guru untuk mengorganisasi siswa, waktu, ruang, dan materi sehingga pembelajaran dapat terjadi. Guru efektif dapat menciptakan kelas yang efektif pula. Dalam kelas efektif siswa terlibat aktif dalam kegiatan yang berarti. Siswa memahami prosedur yang harus dikerjakan dan memahami fungsi kelas. Guru berkeliling kelas dalam melaksanakan tugas membantu, menjawab, memotivasi, dan mengendalikan kelas dengan tetap tersenyum dan penuh kasih sayang.

Salah satu prinsip penting dalam pembelajaran adalah keaktifan siswa untuk memperoleh pengetahuan atau informasi. Bila guru menggunakan metode mengajar yang efektif, maka aktivitas siswa dalam pembelajaran akan tampak secara nyata. Keaktifan mereka dapat dalam bentuk mental, fisik,psikis, atau kombinasi dari keduanya atau ketiganya. Dengan aktifnya siswa baik secara mental, fisik, maupun psikis, siswa akan belajar penuh kebermaknaan dan hasil belajar yang mereka dapatkan akan bertahan lebih lama. Kelas yang tidak efektif biasanya gaduh karena siswa mendapatkan tugas yang sulit namun tidak bermakna. Dalam hal ini guru sering menyalahkan siswa karena gadu dan terpaksa harus mendisiplinkan siswa.

Guru efektif menguasai metode dan strategi pembelajaran

Untuk mengetahui apakah pembelajaran itu efektif dan efisien, dapat diketahui melalui kegiatan pembelajaran. Untuk itu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seyogyanya tahu bagaimana membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Kegiatan pembelajaran dicirikan dengan adanya interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar lainnya. Selain interaksi, ada komponen lain dalam pembelajaran yaitu tujuan, materi / bahan ajar, metode pengajaran, media, evaluasi, siswa dan guru. Strategi dan metode pembelajaran merupakan salah satu komponen di dalam sistem pembelajaran, tidak dapat dipisahkan dari komponen lain yang dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain tujuan pembelajaran, materi ajar, peserta didik / siswa, fasilitas, waktu, dan guru. Strategi dan metode pembelajaran haruslah dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pembelajaran. Mengimplentasikan suatu strategi atau metode bukanlah hal yang mudah, oleh karenanya guru harus belajar terus menerus untuk meningkatkan keprofesionalannya.

Guru efektif melakukan pengajaran reflektif

Guru yang tidak melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan dapat dikatakan guru yang tidak efektif. Makna pengajaran reflektif menurut John Dewey (1916) “Reflective teaching involves active, persistent, and careful consideration of any belief or practice in light of reasons that support it and the further consequences to which it leads.” Apabila diterapkan dalam pengajaran maka dapat diartikan bahwa pengajaran reflektif adalah penggunaan kesempatan oleh guru dalam tugasnya sehari-hari untuk secara sistematis mengeksplorasi, menanyakan, dan membingkai kembali praktek pengajarannya untuk dapat membuat interpretasi secara benar berdasarkan keadaan lapangan dan kemudian dapat menetukan pilihan yang tepat untuk memperbaiki kinerjanya (Nurkamto, 2009).

Menurut John Dewey (1916) untuk dapat melakukan pengajaran reflektif guru harus memiliki kesadaran akan praktek pengajarannya dan bersedia untuk berubah kearah yang lebih baik. Hal ini akan melahirkan sikap-sikap keterbukaan (open-mindedness), keterlibatan secara penuh (whole-heartedness), dan tanggung jawab (responsibility). Keterbukaan mengacu pada kesediaan mempertimbangkan masalah dari berbagai perspektif yang berbeda, dan bersikap terbuka terhadap gagasan baru yang belum difikirkan sebelumnya. Keterlibatan secara penuh mengacu pada keterlibatan guru dalam pengalaman dan pemikiran tentang pembelajaran. Tanggung jawab mengacu pada kesediaan seorang guru untuk menanggung segala akibat dari apa yang telah difikirkan, dipilih, dan dialami di lapangan (Nurkamto, 2009).

Guru reflektif mau melaksanakan refleksi dan introspeksi terhadap pembelajaran yang dilakukan, dan mau mendengarkan saran dan kritik dari teman sejawat, kepala sekolah, dan pengawas bahkan siswa. Seorang guru reflektif akan bersikap positif dalam menerima saran dan kritik dan menjadikannya sarana untuk perbaikan pembelajarannya. Guru reflektif berani jujur terhadap kekurangannya dan mempunyai kemauan untuk memperbaiki kekurangannya.

Baca Juga :

Pengajaran reflektif dapat dilakukan guru mulai dari hal yang paling sederhana yaitu membuat agenda harian atau jurnal yang kemudian ditindaklanjuti dengan solusi terhadap kekurangan dan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajarannya. Lesson study juga merupakan kegiatan yang sangat positif. Lesson study yang dikenalkan oleh Makoto Yoshida dari Jepang merupakan upaya pembinaan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson study merupakan kegiatan yang mendorong terbentuknya komunitas belajar dan menciptakan iklim akademis guru. Secara sederhana dapat dibayangkan bahwa ketika guru melaksanakan pembelajaran tidak ada cermin di kelas sehingga dia tidak bisa melihat kekurangannya sendiri. Melalui kegiatan lesson study guru model melakukan tugas pembelajaran sedangkan guru yang lain berperan sebagai obsever yang bisa menggantikan cermin di kelas. Observer akan memberikan saran dan kritik tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Slamet Mulyana, 2007).

Tindakan refleksi guru dapat dilakukan juga melalui penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah tindakan reflektif yang berawal dari mengidentifikasi permasalahan, mencari solusi pemecahan terhadap permasalahan tersebut, menganalisa hasil. PTK sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan sekaligus meningkatkan profesionalisme guru.

Untuk menutup artikel ini penulis sajikan sebuah ungkapan “The rewards in education and in life go to the person who is a professional.” –Harry K.Wong. Kita akan memperoleh pahala dalam pendidikan dan kehidupan kita apabila kita melakukannya dengan professional.


http://pendidikan-diy.go.id/dinas_v4/index.php?view=v_artikel&id=34

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menjadi Guru Efektif, Mengapa Tidak?"

Post a Comment